Berikut beberapa tokoh Nasional kita yang mempunyai sifat Atau kebiasaan yang unik :
Bung Karno Kutu Buku
Semasa
diasingkan ke Bengkulu, Bung Karno adalah kolektor buku ilmiah
terbesar di sana. Hooijkas Jr., anak Residen Bengkulu, kagum akan
koleksi mutakhir buku-buku ilmiah berbagai bidang. Ia betah duduk
berjam-jam di perpustakaan itu. Ia bertanya, mengapa BK serius belajar.
Jawab Bung Karno, “Orang muda, saya harus belajar giat sekali. Insya
Allah, saya akan menjadi presiden negeri ini.”
Kala itu kisah ini menjadi bahan ejekan orang Belanda di Bengkulu. Tapi belakangan mereka terkejut, cita-cita Bung Besar tercapai.
Kala itu kisah ini menjadi bahan ejekan orang Belanda di Bengkulu. Tapi belakangan mereka terkejut, cita-cita Bung Besar tercapai.
Bung Hatta, Mahatma Gandhi Indonesia
Tahun
1933 Bung Hatta ke Jepang menyertai pamannya, Mak Etek Ayub Rais,
sebagai penasihat bidang niaga. Kedatangan yang juga disertai mitra
bisnis Jepang bernama Ando itu tercium pers Jepang. Wartawan menyambut
Bung Hatta dengan sebutan “Gandhi dari Indonesia”.
Di Tokyo Bung Hatta diundang wakil ketua parlemen Jepang. Pihak Jepang mengundang Bung Hatta berkunjung ke Manchuria, tapi secara halus ia menolak. Bung Hatta tidak suka baik militerisme Jepang maupun imperialisme Belanda. Beberapa orang kuat membujuk, termasuk Menteri Pertahanan Jenderal Araki. Menurut Araki, kalau Bung Hatta bersedia, kapal Johore Maru siap berangkat dari Kobe. Bung Hatta tetap menolak, gagal totallah keinginan Jepang untuk memperalat Bung Hatta.
Di Tokyo Bung Hatta diundang wakil ketua parlemen Jepang. Pihak Jepang mengundang Bung Hatta berkunjung ke Manchuria, tapi secara halus ia menolak. Bung Hatta tidak suka baik militerisme Jepang maupun imperialisme Belanda. Beberapa orang kuat membujuk, termasuk Menteri Pertahanan Jenderal Araki. Menurut Araki, kalau Bung Hatta bersedia, kapal Johore Maru siap berangkat dari Kobe. Bung Hatta tetap menolak, gagal totallah keinginan Jepang untuk memperalat Bung Hatta.
Bung Sjahrir yang Cerdas dan Lihai
Salah
seorang pemimpin bawah tanah di zaman pendudukan Jepang yang berani
mendengarkan siaran radio Sekutu adalah Sutan Sjahrir. Padahal, nyawa
bisa jadi taruhan karena ada larangan keras mendengarkan siaran radio.
Dalam lemari di kamarnya tersimpan radio yang memantau berita kemenangan
Sekutu, termasuk penyerahan Jepang. Berita itu biasanya diteruskan
Sjahrir kepada Bung Hatta.
Suatu ketika Sjahrir dan anak-anak angkatnya pergi ke Cipanas untuk menyimpan radio di rumah iparnya, karena ia mendapat radio pengganti. Beberapa bulan kemudian si Oom, panggilan anak-anak angkat kepada Sjahrir, bermaksud mengambil radio yang dititipkan pada iparnya. Tetapi ia amat kecewa karena radionya rusak. Rupanya, karena takut tertangkap, si ipar menyembunyikannya dalam tanah alias ditanam.
Suatu ketika Sjahrir dan anak-anak angkatnya pergi ke Cipanas untuk menyimpan radio di rumah iparnya, karena ia mendapat radio pengganti. Beberapa bulan kemudian si Oom, panggilan anak-anak angkat kepada Sjahrir, bermaksud mengambil radio yang dititipkan pada iparnya. Tetapi ia amat kecewa karena radionya rusak. Rupanya, karena takut tertangkap, si ipar menyembunyikannya dalam tanah alias ditanam.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang Dermawan
Sri
Sultan HB IX adalah raja yang tak hanya dicintai rakyat DIY, tetapi
juga oleh rakyat Indonesia. Saat Agresi Militer II (1949), Sultan
memberi bantuan dari pundi-pundi pribadinya. Mata uang Belanda yang
seharusnya dimusnahkan, disimpannya sebagai kas kasultanan. Itulah yang
secara diam-diam dibagikan pada para pegawai pusat maupun daerah.
Istri para petinggi yang suaminya ditahan pun mendapat bagian, antara lain Ny. Fatmawati dan Ny. Rahmi Hatta. Ibu Hatta masih menyimpan kenang-kenangan beberapa rupiah logam perak pemberian Sultan yang demokratis itu. Mungkin kedermawanan itu dapat ditiru para petinggi yang kaya raya di masa kini.
Istri para petinggi yang suaminya ditahan pun mendapat bagian, antara lain Ny. Fatmawati dan Ny. Rahmi Hatta. Ibu Hatta masih menyimpan kenang-kenangan beberapa rupiah logam perak pemberian Sultan yang demokratis itu. Mungkin kedermawanan itu dapat ditiru para petinggi yang kaya raya di masa kini.
Kartini Kecil yang Usil
Raden
Ajeng Kartini, tokoh emansipasi perempuan, putri Bupati Jepara, waktu
kecilnya seperti anak-anak lainnya: nakal, nakalnya anak-anak. Ia
menggoda Bu Sosro, pengasuh anak-anak, yang berwatak keras, dengan
membubuhkan merica di lumpang kinangnya. Akibatnya, Bu Sosro megap-megap
kepanasan. Kartini pun dimarahi ayahnya.
Ki Hajar Dewantoro dan Kritik yang Menggegerkan Penjajah
Tahun
1913 Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro dengan tajam menyerang
Belanda melalui tulisan “Als Ik Nederlander was” yang dimuat di De
Express. Dalam tulisan yang dimaksudkan bagi peringatan seabad
Nederland merdeka itu Ki Hajar berandai-andai, misalnya dia orang
Belanda, dia akan memberikan kemerdekaan kepada tanah jajahannya.
Tulisan itu menggegerkan Belanda. Di dalam negeri, gayung pun bersambut. Komite Bumiputera yang dibentuk kaum terpelajar Indonesia minta kepada Ratu Belanda untuk selekas mungkin merealisasikan “Indisch Parlement” di Hindia, nama Indonesia waktu dijajah Belanda. Akibatnya, Ki Hajar harus menghadap Parket (Kejaksaan) Belanda dan menempuh segala risiko.
Tulisan itu menggegerkan Belanda. Di dalam negeri, gayung pun bersambut. Komite Bumiputera yang dibentuk kaum terpelajar Indonesia minta kepada Ratu Belanda untuk selekas mungkin merealisasikan “Indisch Parlement” di Hindia, nama Indonesia waktu dijajah Belanda. Akibatnya, Ki Hajar harus menghadap Parket (Kejaksaan) Belanda dan menempuh segala risiko.
Dr. Cipto Mangunkusumo sang Penantang Bahaya
Di
Solo dr. Cipto dikenal sebagai dokter berbendi atau biasa naik bendi.
Suatu petang di depan alun-alun keraton yang ramai, ia memacu kereta
buggy atau bendi dengan kencang. Esoknya ia dipanggil polisi. Tapi ia
bebas dari tuduhan karena tidak mengenakan selop maupun topi waktu
mengendarai bendi.
Istrinya seorang Belanda vegetarian dan pandai memasak. Bung Hatta punya kenangan betapa lezatnya masakan Bu Cip, terutama gudegnya. Pasangan Pak dan Bu Cip punya anak angkat perempuan yang dipungut setelah orang tua si anak meninggal akibat penyakit menular pes di Malang. Anak itu diberi nama Pesyati.
Istrinya seorang Belanda vegetarian dan pandai memasak. Bung Hatta punya kenangan betapa lezatnya masakan Bu Cip, terutama gudegnya. Pasangan Pak dan Bu Cip punya anak angkat perempuan yang dipungut setelah orang tua si anak meninggal akibat penyakit menular pes di Malang. Anak itu diberi nama Pesyati.
H. Agus Salim dan Pangeran Muda Inggris
Ketika
Putri Elizabeth dinobatkan menjadi Ratu Inggris menggantikan
ayahandanya yang mangkat, pemerintah RI mengutus Haji Agus Salim dan Sri
Pakualam VIII. Pangeran Philip yang masih muda tampak canggung
menghadapi para tamu yang kebanyakan lebih tua. Menyadari situasi itu,
H. Agus Salim, sang diplomat yang menguasai delapan bahasa asing,
mendekati Pangeran Philip seraya mengayun-ayunkan rokok kretek.
“Apakah Paduka mengenal bau rokok ini?” ia bertanya.
Pangeran Philip menjawab ragu. Ia tak mengenal aroma rokok itu. Sambil tersenyum H. Agus Salim berkata, “Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya.”
Sang Pangeran tertawa, suasana pun menjadi cair. Ia jadi bergerak luwes menghadapi para tamu
“Apakah Paduka mengenal bau rokok ini?” ia bertanya.
Pangeran Philip menjawab ragu. Ia tak mengenal aroma rokok itu. Sambil tersenyum H. Agus Salim berkata, “Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya.”
Sang Pangeran tertawa, suasana pun menjadi cair. Ia jadi bergerak luwes menghadapi para tamu
M. Hoesni Thamrin, Dikagumi Teman, Disegani Lawan
Putra
Jakarta ini anggota Volksraad, jago pidato yang dikagumi teman dan
disegani lawan. Ketika debat di Volksraad mengenai anggaran belanja
Hindia Belanda tahun 1940, Thamrin berani menuduh pemerintah kolonial
secara culas mengambil kedudukan istimewa. Pemerintah tidak tunduk pada
rakyat, tapi rakyat dipaksa tunduk pada pemerintah jajahan. Drossaers
yang mewakili pemerintah jajahan menolak usaha ke arah Indonesia
merdeka. Rupanya ia “kuwalat”. Setelah Jepang menduduki Indonesia dan
Drossaers pulang ke negerinya setelah perang usai, ia dipecat dari
kedudukannya selaku direktur Binnenland Bestuur.
Thamrin meninggal setelah ditahan polisi selama lima hari, yang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik. Deretan pengantar jenazahnya menuju pemakaman sangat panjang.
Thamrin meninggal setelah ditahan polisi selama lima hari, yang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik. Deretan pengantar jenazahnya menuju pemakaman sangat panjang.
Douwes Dekker Tetap Republikein
Dokter
Douwes Dekker yang punya nama Indonesia Setiabudi Danudirja dimasukkan
penjara Wirogunan, Yogyakarta. Lagi-lagi Vosveld yang kejam bertindak
sebagai interogator di atas jip yang membawa mereka menuju penjara.
Interogasi penuh sumpah serapah itu ditanggapi dengan tenang oleh
Setiabudi dengan mengatakan, selama PD II ia ada di kamp interniran di
Amerika Selatan.
Karena kesetiaannya kepada Republik, Bung Karno mengiriminya ucapan selamat pada ulang tahunnya yang ke-70.
Karena kesetiaannya kepada Republik, Bung Karno mengiriminya ucapan selamat pada ulang tahunnya yang ke-70.
Sumber : http://ingatini.blogspot.com/2011/11/sifat-unik-tokoh-nasional-kita.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar